makalah :)
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah perkembangan Teknologi Pembelajaran telah berlangsung dari waktu yang lama sekali, banyak pendapat dan kejadian sejarah yang mendasari awal perkembangan Teknologi Pembelajaran terutama yang berkaitan dengan perkembangan instruksional.Sejarah perkembangan teknologi Pembelajaran menjadi sangat singkat jika dihitung bagaimana jabatan dan pola pikir telah dibawa bersama sama untuk menciptakan bidang galian dari teknologi Pembelajaran.Untuk itu penulis akan menguraikan kembali sekelumit hal yang berkaitan dengan sejarah dan perkembangan Teknologi Pembelajaran (pengajaran dan intruksional).Dari uraian di atas itulah yang menjadi latar belakang penulisan makalah ini dengan judul “Sejarah dan Perkembangan Teknologi Pembelajaran”.B. Rumusan masalahAdapun yang menjadi rumusan masalah penulis pada makalah ini adalah :1. Bagaimana sejarah teknologi pembelajaran?2. Bagaimana perkembangan teknologi pembelajaran?
PEMBAHASAN
A. Sejarah
Teknologi Pembelajaran
Menurut
Iskandar Alisyahbana (1980) “Teknologi telah dikenal manusia sejak jutaan tahun
yang lalu, karena dorongan untuk hidup yang lebih nyaman, dan lebih sejahtera”.[1] Secara
harfiah teknologi dapat diartikan pengetahuan tentang cara. Sedangkan mengenai pembelajaran,
pembelajaran telah berlangsung sejak
awal peradaban dan budaya manusia. Jika kita berpegangan kepada konsep
teknologi sebagai cara dan pendidikan telah berlangsung sejak peradaban
manusia, maka awal tumbuhnya teknologi pembelajaran dapat dikatakan telah ada
sejak dahulu, dimana orang tua mendidik anaknya dengan cara memberi pengalaman
serta memanfaatkan lingkungannya. Saettler berpendapat bahwa “sumber tumbuhnya
teknologi pembelajaran dapat ditelusuri sampai dengan kaum sufi, dengan cara
mereka menjajakan pengetahuannya”.[2]
Beberapa para ahli menjelaskan beberapa masa
sejarah teknologi pembelajaran, diantaranya:
a.
Metode Kaum Sufi
Perkembangan dari
berbagai metoda pengajaran merupakan tanda lahirnya teknologi pengajaran yang
dikenal saat ini. Beberapa pendidik pada masa lampau, yaitu golongan Sufi di
Yunani, para ahli pendidikan memandang kaum Sufi merupakan kaum teknologi
pengajaran yang pertama. Mereka menyampaikan pelajaran dengan berbagai cara dan
teknik, mula mula mereka menyampaikan bahan pelajaran yang telah disampaikan
secara matang, kemudian mereka melanjutkan dengan perdebatan yang dilakukan
dengan secara bebas, pada saat itulah proses kegiatan belajar itu berlangsung.
Kemudian jika ada minat dari mayarakat untuk belajar, akan dibuat kontrak dan
untuk kemudian menjadi sistem tutor. Pandangan ajaran kaum Sufi tersebut di
atas didasarkan atas ; Bahwa manusia itu berkembang secara evolusi. Seorang
dapat berkembang dengan teratur tahap demi tahap menuju kepada peradaban yang
lebih tinggi. Melalui teknologilah pembelajaran dapat diarahkan secara efektif.
Bahwa proses evaluasi itu berlagsung terus, terutama aspk-aspek moral dan
hukum. Sejarah dipandang sebagai gerak perkembangan yang bersifat evousi
berkelanjutan. Demokrasi dan persamaan sebagai sikap masyarakat merupakan
kaidah umum. Bahwa asas teori pengetahuan bersifat progresif, pragmatis,
empiris dan behavioristik. Gagasan kaum Sufi ini cukup banyak mempengaruhi
kurikulum di Eropa, misalnya penggunaan retorika, dialektika, dan gramar
sebagai materi utama dalam quadrivium dan trivium.
b.
Metode Socrates
Bentuk pengajaran
lebih ke dalam bentuk berfilsafat, metode yang dipakai disebut dengan Maieutik
atau menguraikan, yang sekarang dikenal dengan nama metode inkuiri.
Pelaksanaannya berlangung dengan cara “take and give of conversation”. Dengan
cara memberikan pertanyaan yang mengarah kepada suatu masalah tertentu. Pada
dasarnya Socrates mengajarkan tentang mencari pengertian, yaitu suatu bentuk
tetap dari sesuatu.
c.
Metode Abelard
Metode Abelard
ini berlangsung pada masa pemerintahan Karel Agung di Eropa. Metoda yang di
pakai bertujuan untuk membentuk kelompok pro dan kontra terhadap suatu materi.
Guru tidak memberikan jawaban final tetapi siswalah yang akan menyimpulkna
jawaban itu sendiri. Metoda ini biasa disebut dengan “Sic et Non” atau setuju
atau tidak.
d.
Metoda Lancaster
Metoda Lancerter
ini dalam bentuk sistem Monitoring yang merupakan bentuk pengajaran yang unik,
meliputi pengorganisasian kelas, materi pelajaran sesuai dengan rencanannya
yang meningkat dan dikelola secara ekonomis. Lancaster mempelajari konstruksi
kelas khusus yang dapat mendayagunakan secara efektif penggunaan media
pengajaran dan pengelompokan siswa. Dalam sistem pengajaran Lacaster, pemakaian
media pengajaran masih sederhana. Seperti penggunaan pasir dalam melatih siswa
menulis.
e.
Metoda Pestalozi
Pengamatan pada
alam merupakan landasan utama dari proses daktiknya. Pengetahuan bermula dari
adanya pengamatan, dan pengamatan menimbulkan pengertian, selanjutnya
pengertian yang baru itu menimbulkan pengertian yang selanjutnya pengertiaan
tersebut bergabung dengan yang lama untuk menjadi sebuah pengetahuan. Dan dapat
dikatakan bahwa perintisan ke arah pendayagunaan perangkat keras atau hardware
sebenarnya telah dimulai pada masa Pestazoli ini, seperti penciptaan papan
aritmatik yang terbagi dalam kotak kotak yang di setiap kotaknya diberi
garis-garis yang secara keseluruhan berjumlah 100 kotak kecil. Selain itu
Pestalozi juga menciptakan stylabaries untuk melatih siswanya dalam mempelajari
angka, bentuk, posisi dan warna disain.
f.
Metoda Froebel
Metode Froebel
didasarkan kepada metodologi dan pandangan filsafatnya yang intinya mengatakan
bahwa pendidikan masa kanak-kanak merupakan hal paling penting untuk
keseluruhan kehidupannya. Karena itulah Froebel mendirikan Kindergarten atau
yang lebih dikenal dengan Taman Kanak – kanak. Metoda pengajaran Kindergasten
dari Froebel meliputi kegiatan berikuti: Bermain dan bernyanyi, Membentuk
dengan melakukan kegiatan, Grift dan Occupation.
g.
Metoda Friedrich
Herbart
Praktek
pendidikan Herbert terlihat adanya pengaruh Freobert terutama pada aspek
pengembangan moral sebagai tujuan utama pendidikan. Metoda instruksionalnya
didasarkan kepada ilmu jiwa yang sistematis. Dengan demikian siswa secara
pikologis dibentuk oleh gagasan yang datang dari luar. [3]
B. Perkembangan
Teknologi Pembelajaran
Teknologi
pembelajaran sebagai suatu disiplin keilmuan, pada awalnya berkembang sebagai
bidang kajian di Amerika Serikat. Meskipun demikian menurut beberapa penulis
Amerika Serikat diakui bahwa para pendahulu atau nenek moyang teknologi pembelajaran
kebanyakan berasal dari luar Amerika Serikat.[4]
Gerakan
untuk mengembangkan teknologi pembelajaran sebagai bidang kajian di Amerika
Serikat dimotori oleh James D. Finn (1915-1969), Finn dianggap sebagai bapak
teknologi pembelajaran. Menurut Finn, “tahun 1920-an adalah awal perkembangan
teknologi pembelajaran”.[5] Perkembangan
tersebut dapat dilihat dari definisi teknologi pembelajaran. Namun usaha untuk
merumuskan definisi teknologi pembelajaran secara terorganisasi dimulai pada
tahun 1960. Istilah dan definisi formal yang pertama yang berhubungan dengan
teknologi pembelajaran pada saat itu (tahun 1920-an) adalah pengajaran visual,
artinya mengajar dengan menggunakan alat bantu visual yang terdiri dari gambar,
model, objek, atau alat-alat yang dipakai untuk menyajikan pengalaman konkret melalui
visualisasi kepada siswa. Secara aksplisit Saettler menganggap bahwa Komensky
merupakan pionir teknologi pembelajaran dengan pendapat perlunya visualisasi
pengajaran. Demikian juga dengan Rousseau, Pestalozzi, Froebel yang menekankan perlunya
rangsangan indra untuk meningkatkan efektivitas belajar. Kelemahan pengajaran
visual ini adalah karena hanya mengutamakan bahan itu sendiri dan kurang
memeperhatikan desain, pengembangan, produksi, evaluasi, dan pengelolaan bahan
itu. Dengan timbulnya rekaman suara dan film bersuara, pengajaran visual
diperluas dengan menambah suara sehingga berkembang menjadi pengajaran
audiovisual.
Perkembangan
selanjutnya adalah disusunnya konsep teknologi pembelajaran secara sistematis, berlangsung pada tahun 1963
dengan bercirikan pergeseran audiovisual kearah teknologi pembelajaran. Pada masa ini mulai disusun definisi secara
formal teknologi pembelajaran sebagaimana dinyatakan oleh AECT, walaupun perumusan definisinya masih kental
dengan kandungan audiovisual communication. Formulasi definisi yang disusun
dengan berfokus pada pemahaman bahwa teknologi pembelajaran adalah teori dan reorientasi konsep yang
membedakannya dengan konsep audiovisual.
Hasil
identifikasi menunjukkan bahwa kandungan definisi teknologi pembelajaran memuat tiga ide utama yaitu:
1.
menggunakan
konsep proses dibanding konsep produk;
2.
menggunakan
istilah massage dan media instrumentation dibanding istilah materials dan machine;
dan
3.
memperkenalkan
bagian penting dari belajar dan teori komunikasi (Ely, 1963: 19).[6]
Dari kandungan definisi tersebut maka
sejak tahun 1963 terdapat pemahaman bahwa teknologi pembelajaran memperoleh kontribusi konsep dari konsep
komunikasi, teori belajar, dan teaching machine and programmed instruction.
Di bawah ini
dikemukakan beberapa definisi tentang Teknologi Pembelajaran yang memiliki
pengaruh terhadap perkembangan Teknologi Pembelajaran :
a.
Definisi Commission on Instruction Technology (CIT)
1970 “Dalam pengertian yang lebih umum, teknologi pembelajaran diartikan
sebagai media yang lahir sebagai akibat revolusi komunikasi yang dapat
digunakan untuk keperluan pembelajaran di samping guru, buku teks, dan papan
tulis. Bagian yang membentuk teknologi
pembelajaran adalah televisi, film, OHP, komputer dan bagian perangkat keras
maupun lunak lainnya.
b.
Definisi Silber 1970, “Teknologi Pembelajaran adalah
pengembangan (riset, desain, produksi, evaluasi, dukungan-pasokan, pemanfaatan)
komponen sistem pembelajaran (pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan latar)
serta pengelolaan usaha pengembangan (organisasi dan personal) secara
sistematik, dengan tujuan untuk memecahkan masalah belajar”.
c.
Definisi MacKenzie dan Eraut 1971, “Teknologi
Pendidikan merupakan studi sistematik mengenai cara bagaimana tujuan pendidikan
dapat dicapai”. Definisi sebelumnya meliputi istilah, “mesin”, instrumen” atau
“media”, sedangkan dalam definisi MacKenzie dan Eraut ini tidak menyebutkan
perangkat lunak maupun perangkat keras, tetapi lebih berorientasi pada proses.
d.
Definisi AECT 1972, Pada tahun 1972, AECT berupaya
merevisi defisini yang sudah ada (1963, 1970, 1971), dengan memberikan rumusan
sebagai berikut : “Teknologi Pendidikan adalah suatu bidang yang berkepentingan
dengan memfasilitasi belajar pada manusia melalui usaha sistematik dalam :
identifikasi, pengembangan, pengorganisasian dan pemanfaatan berbagai macam
sumber belajar serta dengan pengelolaan atas keseluruhan proses tersebut”. Definisi
ini didasari semangat untuk menetapkan komunikasi audio-visual sebagai suatu
bidang studi. Ketentuan ini mengembangkan gagasan bahwa teknologi pendidikan
merupakan suatu profesi.
e.
Definisi AECT 1977, “Teknologi pendidikan adalah
proses kompleks yang terintegrasi meliputi orang, prosedur, gagasan, sarana,
dan organisasi untuk menganalisis masalah, merancang, melaksanakan, menilai dan
mengelola pemecahan masalah dalam segala aspek belajar pada manusia. Definisi
tahun 1977, AECT berusaha mengidentifikasi sebagai suatu teori, bidang dan
profesi. Definisi sebelumnya, kecuali pada tahun 1963, tidak menekankan
teknologi pendidikan sebagai suatu teori.
f.
Definisi AECT 1994, “ Teknologi Pembelajaran adalah
teori dan praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, serta
evaluasi tentang proses dan sumber untuk belajar.” Meski dirumuskan dalam
kalimat yang lebih sederhana, definisi ini sesungguhnya mengandung makna yang
dalam. Definisi ini berupaya semakin memperkokoh teknologi pembelajaran sebagai
suatu bidang dan profesi, yang tentunya perlu didukung oleh landasan teori dan
praktek yang kokoh. Definisi ini juga berusaha menyempurnakan wilayah atau
kawasan bidang kegiatan dari teknologi pembelajaran. Di samping itu, definisi ini
berusaha menekankan pentingnya proses dan produk.[7]
Jika kita
amati isi kandungan definisi-definisi teknologi pembelajaran di atas, tampaknya
dari waktu ke waktu teknologi pemebelajaran mengalami proses “metamorfosa”
menuju penyempurnaan. Yang semula hanya dipandang sebagai alat ke sistem yang
lebih luas, dari hanya berorientasi pada praktek menuju ke teori dan praktek,
dari produk menuju ke proses dan produk, dan akhirnya melalui perjalanan
evolusionernya saat ini teknologi pembelajaran telah menjadi sebuah bidang dan
profesi.
Sejalan
dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian
pesat, khususnya dalam bidang pendidikan, psikologi dan komunikasi maka tidak
mustahil ke depannya teknologi pembelajaran akan semakin terus berkembang dan
memperkokoh diri menjadi suatu disiplin ilmu dan profesi yang dapat lebih jauh
memberikan manfaat bagi pencapaian efektivitas dan efisiensi pembelajaran.
Ada
tiga prinsip dasar yang perlu dijadikan
acuan dalam pengembangan dan pemanfaatan teknologi pembelajaran, yaitu :
1.
Pendekatan
sistem (system approach), Prinsip pendekatan sistem yaitu cara yang
berurutan dan terarah dalam usaha memecahkan persoalan., artinya memandang
segala sesuatu sebagai sesuatu yang menyeluruh (komprehensif) dengan segala komponen
yang saling terintegrasi
2.
Berorientasi
pada peserta didik (learner centered), Prisip berorientasi pada peserta
didik, berarti bahwa usaha-usaha pendidikan, pembelajaran dan pelatihan
hendaknya memusatkan perhatiannya pada peserta didik.
3.
Pemanfaatan
sumber belajar semaksimal dan sebervariasi mungkin (utilizing learning
resources), prinsip pemanfaatan sumber belajar semaksimal dan sebervariasi
mungkin, berarti peserta didik belajar karena berinteraksi dengan berbagai
sumber belajar secara maksimal dan bervariasi.[8]
PENUTUP
A. Kesimpulan
Awal
tumbuhnya teknologi pembelajaran dapat dikatakan telah ada sejak dahulu, dimana
orang tua mendidik anaknya dengan cara memberi pengalaman serta memanfaatkan
lingkungannya.
Adapun
beberapa para ahli menjelaskan beberapa masa
sejarah teknologi pembelajaran, diantaranya:
a.
Metode Kaum Sufi
b.
Metode Socrates
c.
Metode Abelard
d.
Metoda Lancaster
e.
Metoda Pestalozi
f.
Metoda Froebel
g.
Metoda Friedrich
Herbart
Menurut Finn, tahun 1920-an adalah awal perkembangan
teknologi pembelajaran. perkembangan tersebut dapat dilihat dari definisi
teknologi pembelajaran.
Perkembangan teknologi pembelajaran pada tahun
1920-an adalah pengajaran visual, artinya mengajar dengan menggunakan alat
bantu visual yang terdiri dari gambar, model, objek, atau alat-alat yang
dipakai untuk menyajikan pengalaman konkret melalui visualisasi kepada siswa.
Perkembangan selanjutnya adalah
disusunnya konsep teknologi pembelajaran secara sistematis, berlangsung pada tahun
1963 dengan bercirikan pergeseran audiovisual kearah teknologi pembelajaran. Walaupun perumusan definisinya masih kental
dengan kandungan audiovisual communication. Formulasi definisi yang disusun
dengan berfokus pada pemahaman bahwa teknologi pembelajaran adalah teori dan reorientasi konsep yang
membedakannya dengan konsep audiovisual.
DAFTAR PUSTAKA
Miarso, Yusufhadi. 2009. Menyemahi Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Akhmad Sudrajat. ht tp://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/20/teknologi-pembelajaran/. diposting pada hari kamis, tanggal 13 februari, pukul 10.00 WIB.
[1]
Yusufhadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, (Jakarta
: Kencana Prenada Media Group, 2009), hlm. 131
[2]
Yusufhadi Miarso, Ibid., hlm. 133
[4]
Yusufhadi Miarso, Loc. Cit.,
[5]
Yusufhadi Miarso, Ibid., hlm 134
[7]Akhmad Sudrajat. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/20/teknologi-pembelajaran/.
diposting pada hari kamis, tanggal 13 februari, pukul 10.00 WIB.
[8] Yusufhadi Miarso, Op. Cit., hlm. 150
luar biasa,, makasih neng...
BalasHapusruntutan penulian nya utuh dan runtut,saya mudah memahami tulisan kakak, kalau boleh bisakah anda memberi saya tips untuk menulis makalah atau essay yang baik
BalasHapus